Memaknai Hari Kebangkitan Nasional
Oleh : Ahmad Fadli,ST.
104
tahun yang lalu, tanggal 20 Mei digalang kekuatan oleh para pemuda di
wilayah nusantara ini untuk menyatukan tekad “bangkit dari keadaan
sebagai negeri terjajah”
Rentetan perjuangan dengan gelimpangan perngorbanan yang tak terhitung berujung pada tercapainya tujuan “merdeka”. 17 Agustus 1945 kita sampai pada satu “titik” bahwa “wilayah kami” tidak lagi terjajah. Kami sudah menjadi bangsa MERDEKA.
Rentetan perjuangan dengan gelimpangan perngorbanan yang tak terhitung berujung pada tercapainya tujuan “merdeka”. 17 Agustus 1945 kita sampai pada satu “titik” bahwa “wilayah kami” tidak lagi terjajah. Kami sudah menjadi bangsa MERDEKA.
66 tahun sudah berlalu, Kami sudah BANGKIT. Infrastruktur sudah lengkap, sekolah sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan, masyarakat sudah menikmati listrik, telepon bahkan internet serta seabreg kemajuan yang Kami bangun sejak Orde Lama, Orde Baru, Reformasi hingga kini ……
Terhadap kemajuan Pembangunan Fisik, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pemerataan (kecuali kawasan tertentu terutama di Timur Indonesia) sangat diakui bahwa Indonesia yang sejak 17 Agustus 1945 telah merdeka kini menjadi Negara Berkembang yang sangat diperhitungkan.
Tapi bangaimana dengan Moral masyarakat bangsa ini? baik rakyat biasa maupun yang jadi pejabat?
Inilah yang mungkin dan pasti pada moment KEBANGKITAN NASIONAL tahun ini perlu menjadi bahan renungan.
Pertama, masyarakat di negeri ini masih banyak yang sangat miskin dari sisi ekonomi bahkan lebih celaka lagi banyak di antara mereka yang memiliki mental yang sangat memprihatinkan yaitu selalu mengharapkan bantuan padahal memiliki potensi untuk bangkit dari kemiskinannya. Ini terbukti dari berbagai program yang digulirkan berujung pada kegagalan karena bantuan yang diberikan selalu “dimusnahkan” ketika sudah diterima bukan “digulirkan”.
Kedua, Pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh masyarakat tidak diimbangi dengan sistem penyelenggaraan yang memadai sehingga menghasilkan proses dan hasil pendidikan di sekolah yang bersifat formalitas, sekolah dimaknai sebagai bagian yang harus dilewati pada usia tertentu selama waktu tertentu dan harus selesai dengan “mengantongi” ijazah dengan tanpa mempertimbangkan apa yang terbaik harus didapat dari proses pendidikan di sekolah. Kondisi ini melahirkan generasi yang “penuh dengan tanda tanya” yang apabila dibandingkan dengan bangsa lain, rata-rata kualitas lulusan SMA di negeri ini mungkin setara dengan lulusan “SD” di negara maju. ini sangat parah …. meskipun tidak semuanya ……. Belum lagi pendidikan belum melahirkan generasi yang bermoral baik, terbukti …..
Ketiga, Masyarakat secara umum masih banyak yang tidak memiliki budaya “do the best”, kompetitif, prosedural dan disiplin terhadap tata etika dan aturan formal kehidupan bernegara di negeri ini sehingga banyak melahirkan budaya kolusi serta kongkalingkong dengan pejabat.
Keempat, Para pejabat yang memililki kewenangan banyak yang menyalahgunakannya, tidak menganggap bahwa jabatan dan kewenangannya sebagai amanat dan memaknai bahwa dirinya adalah pelayan bagi masyarakat. Penyalahgunaan wewenang, Kolusi, Korupsi, Nepotisme menghiasi keseharian pemerintahan negeri ini. Kini…… slogan good governance dan excellent service hanya jadi slogan.
Hari Kebangkitan Nasional berdasarkan sejarah. Akankah hanya dijadikan seremonial belaka hanya sekedar apresiasi terhadap jasa para pahlawan pada waktu itu? ataukah akan dimaknai bahwa hari ini dan selanjutnya negeri ini harus BANGKIT untuk memperbaiki:
- Moral masyarakat dan pejabat.
- Sistem pendidikan yang akan melahirkan generasi cerdas dan bermoral.
- Tatanan kehidupan perekonomian dan sosial masyarakat.
- Sistem pemerintahan yang bersih dan amanah.
- Keterpurukan bangsa ini menjadi Bangsa yang Maju dan diperhitungkan.
Bangkit Indonesia ! ! !
Untuk itu Setidaknya ada 9 orientasi utk membangun Indonesia memecahkan berbagai solusi
1. Intergralitas .
Menyadari bahwa Indonesia sangat beragam budayanya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah tepat untuk merangkul seluruh potensi yg ada mewujudkan Indonesia Sejahtera. Saatnya kita bersatu
2. Nasionalis
Nilai yang harus kita hidupkan untuk selalu mencintai bangsa ini. Dan dangan tekat yang kuat ingin membangun dan memberikan potensi terbaiknya untuk membangun bangsa. Saatnya kita bekerja.
3. Dedikasi
Tidak hanya sekader berkarya, tetapi memberikan kinerja terbaik. Saudaraku, bangsa ini jika ingin maju, setiap individu harus mendedikasikan potensi kita masing masing, sehingga tidak ada satupun dari unsur negri ini yang tidak bekerja. Jadilah Pioneer Kemajuan Sedunia.
4. Optimis
Ibarat sebuah kendaraan, makna optimis adalah bahan bakar kita untuk mencapai visi yang ingin kita cita citakan. Optimis negri kita bisa bersaing dengan negara lain, optimis NTB bisa bersaing dengan provinsi lain, sehingga satu saat kita berhasil memecahkan berbagai permasalahan dengan solusi yang sistematis.
5. New Image
Menampilkan image baru yang akan merubah pandangan orang lain atau negara lain, kita sebagai bangsa yang punya keunggulan dalam hal Sumber Daya Alam, juga mampu mengelolanya dengan memberdayakan Sumber Daya Manusia seoptimal mungkin, mewujudkan Indonesia baru dengan sejuta ide dan sejuta produktifitas.
6. Eksistensi
Menunjukkan eksistensi bahwa Indonesia telah hadir sebagai salah satu negara di dunia, bangkit dari segala keterpurukan yang datang mendera, menjadi solusi terhadap banyak masalah yang dihadapi negeri ini.
7. Solid
Membangun negara, tentu tidak bisa dilakukan tanpa adanya kerja selaras dia antara seluruh elemen bangsa, sehingga kesolidan dalam bekerja, kesolidan dalam berproduktifitas antara pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat sipil dan militer menjadi kunci utama mencapai kemajuan, sehingga energi tidak habis untuk melakukan perseteruan di antara unsur unsur tersebut.
8. Inovatif
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pada era globalisasi ini persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Apalagi dalam dunia ekonomi dan bisnis, semakin hari persaingan menjadi semakin ketat. Tidak ada cara lain untuk bertahan dan memenangkan persaingan kecuali dengan mengembangkan sikap kreatif dan inovatif. dengan bersikap kreatif dan inovatif, kita akan menjadi “beda” dengan yang lain, menjadi unik dan akan berpotensi menjadi yang terdepan dalam persaingan bisnis dan usaha yang semakin ketat. Sikap kreatif dan inovatif pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun tidak semua orang mampu mengembangkannya. Untuk bisa mengembangkan sikap kreatif dan inovatif diperlukan suatu kesungguhan dan ketekunan.
9. Action/etos kerja
Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya. Bila pengertian etos kerja re-definisikan, etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat.
Bagaimana etos kerja putra-putri Indonesia? Di republik ini, 8 Etos Kerja Professional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Kerja adalah Rahmat
Kerja adalah Amanah
Kerja adalah Panggilan
Kerja adalah Aktualisasi
Kerja adalah Ibadah
Kerja adalah Seni
Kerja adalah Kehormatan
Kerja adalah Pelayanan
Akhirnya kami sampaikan selamat berproduktifitas bagi bangsa Indonesia, mari kita berikan kinerja terbaik kita pada negara ini, jadilah bangsa yang berpengaruh, jadilah solusi di tengah banyak permasalahan..(Syms)
Penulis Adalah :
Wk. Ketua DPD PKS Kota Mataram
Direktur CV Shaffan Engineering Consultant
Pembina Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Wihdatul Ummah
Wk. Ketua DPD PKS Kota Mataram
Direktur CV Shaffan Engineering Consultant
Pembina Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Wihdatul Ummah
Posted by PKS Kota Mataram
on 20.48. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response