Selasa, 10 April 2012

Pengamat: Massa Solid, SBY Tak Berani Depak Menteri PKS

JAKARTA - Nasib PKS di koalisi terus menjadi pembicaraan hangat belakangan ini. Apalagi, hingga kini Presiden SBY sekaligus Ketua Setgab masih belum mengambil sikap terhadap PKS dan Menterinya, dan PKS sendiri belum menyatakan mundur dari koalisi.


Melihat fenomena tersebut, Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Tjipta Lesmana menilai, SBY tak akan berani mendepak tiga menteri asal PKS yang duduk di dalam kabinetnya. Sebab, jika hal tersebut dilakukan dikhawatirkan menjadi bumerang untuk partai besutannya sendiri.

"Saya sangat berkeyakinan SBY tidak akan berani menendang tiga kursi mentri dari PKS. Kalau mentri PKS di tendang dan PKS akan bergabung ke PDIP itu sangat berbahaya. Jika PKS ditendang, Partai Demokrat (PD) 100 persen akan menggantungkan dirinya kepada PD sendiri dan PD tidak akan mampu tanpa PKS di parlemen (DPR). Jika PKS ditendang, maka yang terjadi PD harus merangkul partai Golkar dan ini sangat berbahaya untuk PD,"  Tjipta saat dihubungi wartawan, Minggu (8/4/2012).

Menurut Tijpta, SBY saat ini sedang mencari formula bagaimana memberi sanksi untuk PKS agar tidak terlalu marah. Sebab sangat berbahaya kalau SBY menendang PKS.

"Karena PKS partai besar dan masa di bawahnya sangat kompak dari Sabang sampai Merauke. Massa PKS radikal kalau dia mengeblok dengan partai oposisi di parlemen ini gawat untuk PD sendiri, inilah pertimbangan SBY terhadap PKS," terangnya.

Untuk diketahui, konflik intern Setgab koalisi ini bermula dari sikap PKS yang yang sangat berlawanan dengan partai koalisi lainnya saat pengambilan keputusan di sidang Paripurna DPR menyikapi rencana Pemerintah untuk menaikkan BBM.

Atas sikap yang berani ditempuh PKS, Tijpta memberikan apresisasinya. Sikap penolakan kenaikan harga BMM menjelang voting beberapa waktu lalu, kata Tijpta, sangat membela kepentingan rakyat.

"Andai kata waktu malam pengambilan keputusan kenaikan BBM, dan Ketua DPR Marzuki Ali mengetok palu untuk menyetujui kenaikan BBM, saya tidak tau apa yang terjadi di Jakarta pada waktu itu. Kita merasa beruntung waktu itu tidak jadi naik dan suasana Jakarta menjdi normal," pungkasnya.

Sumber : Tribunnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar, saran dan kritik anda yang membangun.