JAKARTA
- Nasib PKS di koalisi terus menjadi pembicaraan hangat belakangan ini.
Apalagi, hingga kini Presiden SBY sekaligus Ketua Setgab masih belum
mengambil sikap terhadap PKS dan Menterinya, dan PKS sendiri belum
menyatakan mundur dari koalisi.
Melihat fenomena tersebut,
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Tjipta Lesmana
menilai, SBY tak akan berani mendepak tiga menteri asal PKS yang duduk
di dalam kabinetnya. Sebab, jika hal tersebut dilakukan dikhawatirkan
menjadi bumerang untuk partai besutannya sendiri.
"Saya sangat
berkeyakinan SBY tidak akan berani menendang tiga kursi mentri dari PKS.
Kalau mentri PKS di tendang dan PKS akan bergabung ke PDIP itu sangat
berbahaya. Jika PKS ditendang, Partai Demokrat (PD) 100 persen akan
menggantungkan dirinya kepada PD sendiri dan PD tidak akan mampu tanpa
PKS di parlemen (DPR). Jika PKS ditendang, maka yang terjadi PD harus
merangkul partai Golkar dan ini sangat berbahaya untuk PD," Tjipta saat
dihubungi wartawan, Minggu (8/4/2012).
Menurut Tijpta, SBY
saat ini sedang mencari formula bagaimana memberi sanksi untuk PKS agar
tidak terlalu marah. Sebab sangat berbahaya kalau SBY menendang PKS.
"Karena PKS partai besar dan masa di bawahnya sangat kompak dari Sabang
sampai Merauke. Massa PKS radikal kalau dia mengeblok dengan partai
oposisi di parlemen ini gawat untuk PD sendiri, inilah pertimbangan SBY
terhadap PKS," terangnya.
Untuk diketahui, konflik intern
Setgab koalisi ini bermula dari sikap PKS yang yang sangat berlawanan
dengan partai koalisi lainnya saat pengambilan keputusan di sidang
Paripurna DPR menyikapi rencana Pemerintah untuk menaikkan BBM.
Atas sikap yang berani ditempuh PKS, Tijpta memberikan apresisasinya.
Sikap penolakan kenaikan harga BMM menjelang voting beberapa waktu lalu,
kata Tijpta, sangat membela kepentingan rakyat.
"Andai kata
waktu malam pengambilan keputusan kenaikan BBM, dan Ketua DPR Marzuki
Ali mengetok palu untuk menyetujui kenaikan BBM, saya tidak tau apa yang
terjadi di Jakarta pada waktu itu. Kita merasa beruntung waktu itu
tidak jadi naik dan suasana Jakarta menjdi normal," pungkasnya.
Sumber : Tribunnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar, saran dan kritik anda yang membangun.